Rabu, 18 April 2012

ALIRAN NATURALIS DAN MATERIALIS



FILSAFAT UMUM

BAB I
PENDAHULUAN


Tujuan untuk mempelajari aliran Naturalistik dan Materialistik adalah : Untuk menambah terbukanya pintu pemikiran terhadap aspek kerohanian.
Julien de Lamettrie mengatakan bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semua dianggap sebagai mesin.
Dan tujuan khusus filosof adalah bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya, hidup manusia ditentukan oleh ekonomi dari segala hasil tindakannya, ilmu, seni, agama dan kesusilaan.
Dalam penyajian materi makalah ini, kami menampilkan tiga bab: yaitu bab pertama:Defenisi-defenisi dari Naturalistik dan Materialistik dan bab yang kedua : Hakikat yang ada di dalam Naturalistik dan Materialistik dan bab yang ketiga penutup.
Demikian penyajian dari materi makalah Naturalistik dan Materialistik, disini kami hanya memadatkan dari beberapa buku saja dan mungkin masih banyak buku-buku yang lain belum dapat kami sajikan dalam makalah ini.
Munculnya positisme dan evolusionisme menambah terbukanya pintu pemikiran terhadap aspek kerohanian, Julian de Lamittrie (1709-1751) mengemukakan pemikirannya, bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semua dianggap sebagai mesin, buktinya bahan (bada) tanpa jiwa (mungkin hidup) (bergerak). Sedangkan jiwa tanpa bahan tidak mungkin ada.
Seorang tokoh Luduling Foueurbach (1808-1872) sebagai pengikut Hengol, mengemukakan pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adaium, artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika. Satu-satunya adalah azas kesusilaan adalah keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan dan untuk mencari kebahagiaan manusia harus ingat sesamanya.
Dari Karl Marx (1818-1883) nama lengkapnya Karx Meinrich Marx, menurut pendapatnya: Tugas seorang filosof adalah : bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya hidup manusia itu ternyata di tentukan alih ke alam ecomoni, dari hasil tunduknya, ilmu seni, agama, susila, hukum, politik.


BAB II
ALIRAN-ALIRAN NATURALISTIK DAN MATERIALISTIK


A.    Defenisi Naturalistik dan Materialistik

Naturalisme berasal dari kata “Nature” Kadang pendefenisian “Nature” hanya dalam makna dunia material saja, sesuatu selain fisik secara otomatis meajadi "supranatural." Tetapi dalam realita, alam terdiri dari alam material dan alam spiritual, masing-masing dengan hukumnya sendiri. Era Pencerahan, misalnya, memahami alam bukan sebagai keberadaan benda-benda fisik tetapi sebagai asal dan fondasi kebenaran. la tidak memperlawankan material dengan spiritual, istilah itu mencakup bukan hanya alam fisik tetapi juga alam intelektual dan moral. Salah satu ciri yang paling menakjubkan dari alam semesta adalah keteraturan. Benak manusia sejak dulu menangkap keteraturan ini. Terbit dan tenggelamnya Matahari, peredaran planet-planet dan susunan bintang-bintang yang bergeser teratur dari malam ke malam sejak pertama kali manusia menyadari keberadaannya di dalam alawi semesta, hanya merupakan contoh-contoh sederhana. Ilmu pengetahuan itu sendiri hanya mehjadi mungkin karena keteraturan tersebut yang kemudian dibahasakan lewat hukum-hukum matematika. Tugas ilmu pengetahuan umumnya dapat dikatakan sebagai menelaah, mengkaji, menghubungkan semua keteraturan yang teramati. Ilmu pengetahuan bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. Namun khusus untuk kosmologi, pertanyaan “mengapa” ini di titik tertentu mengalami kesulitan, yang luar biasa. Aliran Naturalisme dalam Filsafat erat hubungannya dengan realisme bahkan semua penganut naturalisme adalah juga penganut realisme, namun tidak semua penganut realisme adalah penganut naturalisme. Penganut naturalisme berpendapat bahwa satu-satunya dunia yang dapat dipercaya secara otomatis ialah dunia eksistensinya yang bersifat alami.
Berlakunya hukum alam secara fisik. Misalnya, gerhana matahari merupakan gejala alami/ terjadi karena akibat hukum gerakan benda angkasa. (2) terjadi menurut kodrat dan wataknya sendiri. Misalnya, orang mengatakan: "Secara alami, wajar jika ia berbuat demikian". Jadi perbuatannya itu sesuai dengan kodrat atau wataknya sendiri (Kattsoff, 1992:115).
Para penganut paham naturalisme berpendirian, satu-satunya pengetahuan dalam arti yang sebenarnya ialah pengetahuan yang bercorak ilmiah. Artinya harus ada bahan bukti yang bersifat publik, hipotesa yang diuji, dan penerapan metode induksi (Kattsoff, 1992:115).
Dalam seni rupa aliran naturalisme adalah suatu faham yang memuja kebesaran alam oleh karena itu bagi kaum naturalis tidak mungkinlah untuk melukiskan bagian alam ini? yang jelek-jelek. Lukisan naturalistik selalu menggambarkan keindahan alam sehingga natularisme memiliki sifat idealistik Sudarso, 1990:94).
Naturalisme melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature atau alam nyata, artinya disesuaikan dengan tangkapan mata kita. Basuki Abdullah melukis seorang perawan desa dengan pakaian lusuh justru tampak seperti bidadari. Tokoh Natularisme di Indonesia selain Basuki Abdullah adalah Raden Saleh (Soegeng Toekio dkk,1987:36).
Naturalisme adalah teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas, istilah natura telah di pakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh manusia. Sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Nura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan atau ada (wujud) diatas atau diluar alam.




Matrealistik
Pengertian dari matrealistik adalah:
·         Matrealistik adalah : hal yang hidup itu merupakan semacam mesin, mekanik, terdiri dari beberapa bagian, terhubungkan dengan demikian rupa, hingga dapat mengadakan tindakan sebagai keseluruhan, jadi semacam otomot
Dan ada juga yang mengatakan semacam mesinlah hidup ini tetapi mesin yang mempunyai tukang-tukang mesinnya. Hidup itu merupakan agregat yang sekaligus yang mengandung yang menjalankannya (H. Dreiesche)
·         Materialistik adalah : realitas seluruhnya terdiri dari materi, itu berarti bahwa tiap-tiap benda atau kejadian dapat dijabarkan kedalam materi atau salah satu proses material. Kiranya sudah jelas semua bahwa materialisme mengakui kemungkinan metafisika, karena metafisika sendiri berdasarkan suatu metafisika.
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.




BAB III
HAKEKAT YANG ADA DI DALAM NATURALISTIK DAN MATERIALISTIK

A.    Hakekat Kebenaran
by Romi Satria Wahono
Mencari hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah dilaksanakan. Makhluk apa itu kebenaran juga kita kadang masih nggak ngerti.A Yang pasti bahwa "benar" itu pasti "tidak salah" Pertanyaan-pertanyaan kritis kita di masa kecil, misalnya mengapa gajah berkaki empat, mengapa burung bisa terbang, dsb kadang tidak terjawab secara baik oleh orang tua kita. Sehingga akhirnya sering sesuatu kita anggap sebagai yang mamang sudah demikian wajarnya (taken for granted). Banyak para ahli yang memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk bagaimana membuktikannya. Saya mencoba ulas masalah hakekat kebenaran ini dari tiga sudut pandang yaitu: kebenaran ilmlah, kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat.
a.       Kebenaran Ilmiah
Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren
1)      Kebenaran Pragmatis; Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis, artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada manfaatnya bagi dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi
2)      Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umtam. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas Teknik Undip ada di Tembalang. Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Undip harus mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip, jadi harus mengikuti kegiatan Ospek.
b.      Kebenaran Non-Ilmiah
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran logika ilmiah, ada juga kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah. Beberapa diantaranya adalah:
1)      Kebenaran Karena Kebetulan : Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga menjadi perantara kebenaran ilmiah, misalnya penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S. Summers.
2)      Kebenaran Karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar.A
3)      Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.
4)      Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang, Contohnya adalah kasus patung Kouros dan museum Getty diatas.
5)      Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan paramater-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
6)      Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada trial-error.
7)      Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah.
c.       Kebeharan Filsafat
Kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa kelompok (madzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya ) mungkin terminologi yang digunakan cukup cukup membingungkan. Juga banyak opportunis alias menganut madzhab dualisme kelompok, misal mengakui kebenaran realisme dan naturalisme sekaligus.
1)      Realisme:  Mempercayai  sesuatu  yang  ada  di  dalam dirinya sendiri dan sesuatu yang pada hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
2)      Naturalisme: Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti berlakunya hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri.
3)      Positivisme: Menolak segala sesuaxu yang di luar fakta, dan menerima sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah nyata, bermanfaat, pasti, tepat dan memiliki keseimbangan logika.
4)      Materialisme Dialektik:  Orientasi  berpikir  adalah materi, karena materi merupakan satu-satunya hal yang nyata,  yang terdalam dan berada diatas kekuatannya sendiri. Filosofi resmi dari ajaran komunisme.
5)      Idealisme: Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan pengalaman sebagai perayataan pikiran.
6)      Pragmatisme:  Hidup manusia  adalah  perjuangan  hidup  terus menerus,  yang sarat dengan konsekuensi praktis.  Orientasi berpikir adalah sifat praktis, karena praktis berhubungan erat dengan makna dan kebenaran.

B.     Metode Naturalisme Humanistik
Pengikut-pengikut aliran ini mempunyai rasa hormat terhadap sains modern, mereka menerima asumsi, postulatnya dan penemuan-penemuannya.
Pengikut aliran ini juga menekankan prinsip kontinuitas tak ada perbedaan yang tajam antara proses intelektual, biologis dan fisik. Akan tetapi pengikut ini menyangkal bahwa kekayaan pengalaman manusia dan bermacam-macam fenomena alamiah tak dapat diterangkan atau diciutkan dalam suatu hal lain. Seggahan terhadap reduksionisme membedakan naturalisme humanistik dari materialisme kuno, dunia adalah yang ada atau yang nampak. Naturalisme baru menerima realitas proses fisik dan intelektual serta menerima adanya proses-proses ini sebagai fakta empiris.

C.    Pandangan alam menurut Humanis
Para pengikut naturalisme humanistik menganggap alam sebagai ada dengan sendirinya dan tidak diciptakan mereka telah meninggalkan segala konsep tentang zat super natural dan segala bentuk “support” untuk kosmor kehidupan bersandar kepada susunan fisik kimia dan mungkin sekali bahwa kehidupan adalah fenomena setempat dan berdiri sendiri dalam kosmos yang besar, penyelidikan untuk memahami asal permulaan, watak dan maksud alam sebagai kebutuhan dirasakan tak ada faedahnya dengan begitu kaum humanis menyokong alam dan kehidupan bagi kaum naturalis masa kini, alam itu bertindak sebagai kategori yang mengandung segalanya. Seperti yang dilakukan oleh boing (ada wujud) dalam pemikiran Yunani / realitas bagi kaum idealis.

D.    Paham Materialisme terhadap manusia
a)      Pandangan Materialisme terhadap kedudukan Khas Manuaia
Menurut pendapat filsafat materialisme, manusia pada dasarnya sama seperti binatang yang lainnya. Sebagaimana binatnag, Manusia mempunyai asal-usul yang panjang, dan memiliki system kekerabatan yang dekat dengan jenis primate (monyet) atau Genus Homo yang lain, manusia merupakan suatu tahapan yang panjang (melalui mekanisme evolusi) sehingga ia bukan merupakan makhluk yang final serta istimewa dalam kedudukan terhadap jenis spesies yang lain, karena ia salah satu produk alam yang terjadi berkesinambungan melalui factor alami, bukan sebagai makhluk yang berjiwa suci sebagaimana anggapan Plato serta keagamaan.
Menurut teori Evolusi, dalam hal ini Lamark dan Darwin, manusia merupakan suatu binatang yang melalui proses perkembangan yang sangat panjang, dan sebagaimna binantang yang lain ia mempunyai nenek moyang yang sama, yaitfty sel. Sel yang terjadi secara alamiah bermilyar tahun yang lalu, dan dengan mekanisme alamiah ia berkembang menjadi makhluk multiseluler melalui tahap yang panjang pula, selama milyaran tahun yang lalu. Dari binatang sel multiseluler tersebut membentuk organisme multisel yang lebih kompleks dan kemudian membentuk berbagai spesies di berbagai permukaan bumi ini dengan mekanisme penurunan genetika (hereditas), seleksi alam, mutasi gen dsb. Dalam system klasifikasi, berdasarkan anatomi, manusia ditempatkan dalam keluarga monyet. Bukan berarti ia dahulu sama dengan kera zaman sekarang, tetapi ia lebih merupakan suatu yang secara anatomi sama, dan melalui proses yang sama pula membentuk spesies yang berbeda sama sekali, walaupun mempunyai kedekatan asal-usul dibandingkan jenis mamalia yang lain.
Oleh karena manusia selalu berkembang secara linear terus mengalami struktur fungsi organ yang semakin kompleks, maka tingkat kecerdasan manusia semakin bertambah, sehingga dalam hal ini sejarah menurut materialisme, begitu juga menurut Auguste Comte, menuju tahapan yang rasionalis, sehingga bersifat optimistic terhadap kehidupan manusia dimasa depa. Karena semakin komplek itu pula maka semakin cerdas, dan dengan semakin cerdas tingkat kebudayaan manusia. Demikian pemikiran ini pula lahir arah ke pemikiran Evolusi Sosial, yaitu tahapan perkembangan sosial atau masyarakat manusia yang berkembang secara perlahan, menuju tahap positivistik.
b)      Pandangan Materialisme terhadap kebiasaan Manusia
Diatas  sudah  disinggung  tentang  ketidakunikan  serta  ketidak istimewaan  kedudukan manusia  disebabkan  oleh  kenyataan  bahwa manusia merupakan prosuk alam, bagian dari alam, oleh karena itu ia bukan suatu yang dapat mengatasi alam (dalam hal ini tubuh), dan pada akhirnya ia bukan suatu binatang metransendensi alam (mengatasi  alam).  la  (manusia)  mempunyai  substansi  yang  sama dengan binatang, yaitu materi organic. Dan sebagaimana disebutkan dimuka,

Psikolgi Behavioristik ,
 ia
(manusia) digerakkan berdasarkan reaksi alamiah berupa respon terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Dan menurut Psikoanalisa Sigmund Freud, manusia pada dasarnya makhluk instingtuitif, sebagaimana binatang mamalia yang lain. la digerakkan olehnya, kedudukan Ego, tidak dominant, karena bawah sadar merupakan suatu yang begitu berpengaruh dalam kehidupan dan aktivitas manusia, dan alam bawah sadar adalah kumpulan insting-atau libido (Id/nafsu) yang ditekan atau direpresi oleh SuperEgo atau tatanan social yang tidak memungkinkan manusia menuruti Id atau fungsi instingtuilnya. Sehingga dengan ini, maka segala aktivitas manusia tidak berdasarkan pada pilihan bebasnya tetapi lebih ditekankan pada aktivitas sel saraf, instingtif, serta stimulus. Sehingga kedudukan kemerdekaan/kebebasan manusia perlu dipertanyakan.
Kesadaran (yang menentukan kebebasan), dalam pandangan Materialisme, bukanlah suatu substansi yang berexsistensi, lepas dari tubuh dan berada dibalik tubuh. Tetapi menurut Materialisme, kesadaran atau “Aku” dikatakan “ada” dikarenakan kepercayaan terhadap metafisis, yang merupakan sebab dari ketidaktahuan. Meterialisme yang mempengaruhi Logika Positivisme atau penyelidikan berdasarkan pada pengamatan. Sehingga kesadaran tidak dapat diselidiki atau tercermati, maka kepercayaan akan “kesadaran” menjadi tidak bermakna.

E.     Bisakah Ada Gerak Tanpa Materi?
Penggunaan ilmu fisika baru oleh idealisme filsafat atau kesimpulan-kesimpulan idealis daripadanya disebabkan bukannya oleh hal, bahwa tertemukan jenis-jenis baru zat dan tenaga, materi dan gerak, tetapi oleh hal, bahwa dilakukan usaha untuk memeikirkan gerak tanpa materi. Justru usaha itulah yang tidak dimengerti oleh kaum Machis kita. Mereka tidak mau memperhitungkan penegasan Erngels, bahwa "gerak tidak bisa ada tanpa materi". Y.Dietzgen masih sejak tahun 1869, di dalam bukunya "Hakekat kerja Kepala" mengedepankan fikiran yang diajukan oleh Engels tadi, meskipun berserta usaha-usaha ruwetnya yang biasa untuk "mendamaikan" materialisme dan idealisme. Kita kesampingkan dulu usaha itu, yang sebagian dijelaskan oleh hal, bahwa Dietzgen berpolemik dengan materialisme Buchner yang asing dari dialektika, dan kita teliti pernyataan Dietzgen sendiri mengenai masalah yang sedang kita hadapi. Kaum idealis menghendaki, -- kata Dietzgen, -- yang umum tanpa yang khusus, jika tanpa materi, kekuatan tanpa zat, ilmu pengetahuan tanpa percobaan atau tanpa material, yang absolut tanpa relatif" ("Das Wesen der menschlichen Korparbeit", 1903, S.108). Jadi usaha untuk memisahkan gerak dari materi, kekuatan dari zat, dihubungkan oleh Dietzgen dengan idealisme, diletakkan di dekat usaha untuk memisahkan fikiran dari otak. "Liebig, -- terus Dietzgen, -- yang suka mundur dari ilmu induksinya ke arah spekulasi filosofis berkata dalam arti idealisme: kekuatan tidak bisa dilihat" (109). "Si spiritualis atau si idealis percaya pada hakekat yang spirituil, yang semu, yang tidak bisa dijelaskan daripada kekuatan" (110). "Pertentangan antara kekuatan dengan zat sedemikian juga tuanya, sebagaimana pertentangan anatar idealisme dan materialisme" (111). "Sudah barang tentu tidak ada kekuatan tanpa zat, tidak ada zat tanpa kekuatan. Zat tanpa kekuatan dan kekuatan tanpa zat adalah omong kosong. Kalau ahli-ahli ilmu alam idealis percaya pada adanya kekuatan yang tidak bermateri, maka dalam hal ini mereka bukannya ahli ilmu alam, melainkan .... pelihat hantu".


BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari defenisi-defenisi  aliran-aliran Naturalistik dan Materialistik yang telah diuraikan tadi dapat disimpulkan bahwa:
Naturalistik adalah : Suatu aliran yang bersifat alami dan Materialistik adalah : Merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau Maere (alam) dan dunia fisik adalah satu.

B.     Saran
Penulis berharap dengan penulisan makalah ii dapat menjadi penambahan wawasan dan pengetahuan tentang Naturalisme dan Materialisme.



DAFTAR PUSTAKA

FILSAFAT UMUM

Achmadi, Asmoro, Drs. Filsafat Umum”. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 1995

Ashr-Shar, Muhammad, 1995. Falsafatuma. Bandung : MIZAN

Bertens, 1975, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta : KAMISIUS

Molan, Titus Smith, 1984. Persoalan-persoalan Filsafat. Jakarta : PT. Bulan Bintang

Sudar Mimta, J. 1991. Filsafat Proses. Yogyakarta : KAMISUS






Artikel Terkait :


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 komentar:

 

Tempat Download, Bisnis, Tips & Trick Copyright © 2012 tujeh is Designed by Arsal, The Blog Full of Sharing